Kami mahu membantu

Hubungi Segera!

Thursday, December 31, 2009

Pantun Mari Sembahyang

Apasal la aku malas sembahyang,
 Tuhan kasi aku jasad siap dengan bayang - bayang,
 Bukan ke lebih beruntung daripada tiang,
 Berdiri tanpa roh malam & siang...

 Apasal la aku malas sembahyang,
 Kerja dah best keluarga pun dah senang,
 Negara pun dah aman tidak lagi hidup berdagang,
 Takkan
lima minit lima waktu aku tak boleh luang.....

 Apasal la aku malas sembahyang,
 Tuhan kasi otak supaya aku tak bangang,
 Tuhan kasi ilmu boleh fikir susah senang,
 Tuhan kasi nikmat kenapa aku tak kenang...

 Apasal la aku malas sembahyang,
 Main bola aku sanggup sampai petang,
 Beli tiket konsert aku sanggup beratur panjang,
 Apa la aku ingat masuk syurga boleh hutang...?

 Apasal la aku malas sembahyang,
 Aku kena ingat umur Kita bukannya panjang,
 Pagi Kita sihat petang boleh kejang,
 Nanti dalam kubur kena balun sorang - sorang....

 Apasal la aku malas sembahyang,
 Siksa neraka Cuba la aku bayang,
 Perjalanan akhirat memang terlalu panjang,
 Janji Allah Taala akan tertunai tak siapa boleh
 Halang!!!

Kunci Kebahagiaan


Biarpun liku-liku hidup yang dilalui terasa begitu payah, namun jika diri benar-benar mengenal Allah dan beribadat kepada-Nya, nescaya kita akan mendapat kebaikan, kebahagiaan dan ketenangan.

Namun jika kita ingkar kepada-Nya, jiwa pasti tidak tenteram walau tinggal di istana yang mewah nan megah. Ketahuilah bahawa di akhir kehidupan adalah pahit dan menderita kerana kita belum memiliki kunci kebahagiaan nan sejati.

 
Allah SWT berfirman yang bermaksud, “…dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta (berbagai-bagai jenis kekayaan) yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Surah al-Qashash [028], ayat 76)

Jika diteliti pengertian ayat ini, Allah SWT membela mereka agar tidak terjerumus ke dalam kejahatan di dunia dan di akhirat. Ini adalah janji dan berita gembira daripada Allah bagi orang-orang yang beriman bahawa Allah akan menghindarkan mereka (kerana keimanan mereka) dari semua keburukan orang kafir, godaan syaitan, keburukan diri sendiri, amal perbuatan yang jelek dan membantu meringankan beban mereka. Setiap Mukimin berhak atas pembelaan dan keutamaan seperti ini, sesuai dengan kadar keimanannya. Setiap orang diuji dengan perkara yang berbeza-beza dan percayalah ujian itu tanda kasih sayang Allah kepada kita.

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar). Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Surah at-Taghaabun [064], ayat 11)

Berdasarkan ayat di atas, hendaklah kita memahami bahawa setiap musibah yang menimpa adalah ketentuan Allah. Apabila kita redha dengan dugaan ini, kita akan menerimanya dengan pasrah dan usahlah berputus asa berdoa agar ktia diberi kekuatan dan jalan untuk menghadapi ujian getir itu.

Empat kunci kebahagiaan

Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya, “Empat perkara yang membawa kebahagiaan iaitu wanita yang solehah, rumah yang luas, jiran yang baik dan kenderaan yang selesa!” (Hadis riwayat Ibnu Hibban)

Kehidupan yang selesa adalah suatu bentuk kehidupan yang dialu-alukan oleh Islam di mana kehidupan yang sempurna memerlukan empat elemen asas yang penting iaitu:
  1. Wanita yang solehah - iaitu isteri yang baik yang dapat menguruskan keluarga dan rumahtangga dengan sempurna.
  2. Rumah yang luas yang boleh memberikan keselesaan untuk bermesra dengan keluarga dan anak-anak di samping dapat melapangkan fikiran dengan baik dan tenang.
  3. Jiran yang baik kerana jiran merupakan orang yang paling rapat selepas sanak saudara dan keluarga. Jiran yang baik dapat menjamin keharmonian hidup bermasyarakat sehinggakan ikatan kejiranan itu boleh bertukar seakan-akan sebuah kelurga yang kasih-mengasihi dan saling mengambil berat di antara satu sama lain.
  4. Kenderaan yang selesa kerana ia memberikan kemudahan dalam segala urusan.

Antara tabiat buruk yang mengancam kebahagiaan hidup ialah berfoya-foya dengan kehidupan mewah, boros harta dan membazir ketika berbelanja. Tabiat ini sering disebut dalam al-Quran sebagai punca kehancuran beberapa umat yang terdahulu. Oleh itu hendaklah kita sentiasa berdoa agar ditetapkan hati supaya tidak mudah condong ke arah kemungkaran dan kesesatan.

“….Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
(Surah ali-‘Imran [003], ayat 8)

Sunday, December 13, 2009

RASA MALU

Sungguh beruntung orang-orang yang memiliki rasa malu. Islam telah memberikan tempat yang mulia bagi perasaan malu. Semaklah beberapa hadis berikut:


Salim bin Abdullah dari ayahnya, mengatakan bahwa Rasulullah S. A.W. lewat pada seorang Anshar yang sedang memberi nasihat (dalam riwayat lain: menyalahkan) saudaranya perihal malu. (Ia berkata, “Sesungguhnya engkau selalu merasa malu”, seakan-akan ia berkata, “Sesungguhnya malu itu membahayakanmu.”) Lalu, Rasulullah S.A.W.. bersabda, “Biarkan dia, karena malu itu sebagian dari iman.” (Shahih Bukhari)

Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi S.A.W. bersabda, “Iman itu ada enam puluh lebih cabangnya, dan malu adalah salah satu cabang iman.” (Shahih Bukhari)

*Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya dengan lafal Sab’uuna ‘tujuh puluh’, dan inilah yang kuat menurut pendapat saya, mengikuti pendapat Al-Qadhi Iyadh dan lainnya, sebagaimana telah saya jelaskan dalam Silsilatul Ahaditsish Shahihah (Muhammad Nashiruddin Al-Albani, -red)

Luar biasa kan, bahwasanya rasa malu itu bahkan di masukkan ke dalam salah satu bagian dari keimanan.

Dan yang lebih luar biasa lagi adalah bahwasanya Rasulullah saw, sang teladan terbaik umat manusia, juga memberikan keteladanan dalam urusan rasa malu.

Nabi S.A.W. lebih malu daripada seorang gadis dalam pingitannya. (HR Bukhari)

Hmmm.., lalu apakah rasa rasa malu yang kita miliki bisa menghambat kita dari pengembangan diri, dari tampil di muka umum, dari memberikan koreksi terhadap orang lain, atau dari kebaikan-kebaikan yang harus dilakukan dengan kepercayaan diri (PD), dan terkadang kita masih belum terlalu PD atau masih suka sering salah, seperti misalnya, berbicara di forum formal, forum massal, atau aktivitas yang terlihat orang?

Sesungguhnya bukan itu rasa malu yang sedang kita bicarakan. Rasa malu yang sedang kita bicarakan adalah perasaan malu untuk berbuat kemaksiatan, perasaan malu terhadap Allah, dan perasaan malu kalau tidak berbuat kebaikan. Nah, itulah rasa malu yang sebenarnya. Kalau dalam konteks rasa malu untuk tampil di depan umum, belum percaya diri, grogi, takut salah, dll, maka mungkin itu lebih tepat digolongkan ke dalam rasa minda.

Karena sesungguhnya rasa malu itu punya tempat, dan rasa malu yang baik itu pasti kan membawa kebaikan bagi pemiliknya. Hadis riwayat Imran bin Husaini ra., ia berkata: Nabi S.A.W.. pernah bersabda: Malu itu tidak datang kecuali dengan membawa kebaikan. (Shahih Muslim)

Jadi, jangan pernah malu jika mau berkembang, belajar, ataupun bertanya, meskipun untuk hal-hal yang terdengar sepertinya “tabu” jika harus diungkapkan di forum umum. Semak kesaksian ibunda kaum muslimin ketika berbicara mengenai keutamaan wanita-wanita Anshar, yang menyatakan bahwa (kurang lebih), sebaik-baiknya wanita adalah wanita Anshar, rasa malu yang mereka miliki tidak menghalangi mereka dari memperdalam agama.

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Seorang wanita bertanya kepada Nabi SA.W.. tentang cara wanita mandi wajib dari haid? Hadis berkata: Kemudian Aisyah menjelaskan bahwa beliau mengajarkannya cara mandi. (Di antara sabda beliau): Engkau ambil kapas yang diberi misik, lalu bersihkan dengan kapas itu. Wanita itu berkata: Bagaimana cara membersihkannya? Beliau bersabda: Maha suci Allah! Bersihkan saja dengan kapas itu. Dan beliau bersembunyi. (Sufyan bin Uyainah memberi isyarat tangan kepada kami pada wajahnya). Hadis melanjutkan: Aisyah berkata: Aku tarik wanita itu mendekati aku. Aku tahu apa yang diinginkan Nabi saw, lalu aku berkata kepadanya: Bersihkan bekas darah haidmu dengan kapas itu. (Shahih Muslim)

Semak pula pertanyaan seorang muslimah yang sedang bertanya mengenai hal (sangat mungkin) berasal dari pengalaman pribadinya. Hadis riwayat Ummu Salamah r.a., ia berkata: Ummu Sulaim datang kepada Nabi saw. lalu berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah seorang wanita wajib mandi jika bermimpi? Rasulullah saw. bersabda: Ya, apabila ia melihat air (mani). Ummu Sulaim berkata lagi: Wahai Rasulullah, apakah wanita juga bermimpi? Beliau bersabda: Beruntunglah engkau. (Kalau tidak demikian), dari mana anaknya mirip dengannya. (Shahih Muslim)

Imam Ali r.a pun memiliki rasa malu, namun rasa malunya tidak menghalanginya dari mencari kejelasan dalam urusan agamanya, lihatlah bagaimana ia dengan cermat mengambil keadah untuk mengatasi rasa malunya.

Hadis riwayat Ali r.a., ia berkata: Aku adalah lelaki yang sering keluar mazi dan aku malu bertanya kepada Nabi S.A.W., karena posisi putri beliau. Lalu aku menyuruh Miqdad bin Aswad. Miqdad lalu menanyakan hal itu kepada beliau. Beliau bersabda: Hendaknya ia membasuh kemaluannya lalu berwudu. (Shahih Muslim)

Jadi, intinya, milikilah rasa malu, karena rasa malu itu memiliki keutamaan yang tinggi dalam Islam, sehingga akhirnya rasa malu itu bisa menghalangi kita dari berbuat dosa maupun kemaksiatan. Namun, tempatkan rasa malu itu pada koridornya yang benar, untuk beberapa hal, menjadi seorang yang pemalu itu tidak tepat, contohnya ketika ingin menuntut ilmu, ataupun ketika kita akan berbuat kebaikan, karena sesungguhnya rasa malu itu membawa kebaikan.

Wallahu ‘alam

RENUNGAN KEPADA MEREKA YANG PEJUANGKAN AGAMA

"Apalah erti kemenangan kalau tidak membawa kebenaran Tidak mengapa menerima kekalahan selagi kita di dalam kebenaran. Allah bukan menilai kemenangan tapi menilai kebenaran. Oleh itu berjuanglah di atas kebenaran, sekalipun kalah".

1.Kalau kita berjuang menumpang platform orang, macam kita menumpang kapal orang.Kita ada matlamat sendiri, yang punya kapal mempunyai matlamat sendiri. Sudah tentulah yang punya kapal itu akan membawa kapalnya ke destinasi yang dia kehendaki. Bukan ke destinasi yang kita kehendaki. Bila hendak sampai?.


2.Di dalam perjuangan adakalanya kita mesti mara ke hadapan, adakalanya kita mesti undur ke belakang dan adakalanya kita mesti bertahan. Begitulah strategi di dalam perjuangan.

3.Perjuangan Islam tidak sama dengan Perjuangan Umat Islam. Perjuangan Islam perjuangan yang dilaksanakan oleh umat Islam yang berprinsipkan Islam berdasarkan Al Quran dan Al Hadis. Perjuangan Umat Islam ialah perjuangan yang dilaksanakan oleh umat Islam yang berdasarkan ideologi. Yang pertama kalau terkorban mati syahid. Yang kedua kalau terkorban mati sakit.

4.Kalaulah orang Islam itu ghairah mengamalkan ajaran Islam, tidak ada masa untuk berforum dan bermujadalah. Kerana masa mengamalkannya sangat terbatas

5.Apabila ada orang di sesebuah parti lain melakukan kesilapan atau kesalahan, bukan sahaja orang itu dihina, dikata dan dicerca bahkan parti orang itu pun dikata dan dicerca, tapi apabila Allah takdirkan membongkar kesalahan mana-mana orang di dalam parti atau jemaahnya sendiri, dia berkata, “Itu kesalahan individu, tidak ada kena-mengena dengan parti atau jemaah”.

6.Ada orang di dalam perjuangan, sanggup korbankan dasar dan prinsip perjuangan, kerana mempertahankan satu dua orang yang disukainya. Walaupun orang yang dipertahankannya itu melakukan kesalahan. Begitu juga ada orang yang sanggup korbankan dasar perjuangannya, kerana ada individu di dalam perjuangan itu berselisih faham dengannya.

7.Di dalam satu perjuangan, kita mesti pandai membezakan kesalahan dasar perjuangan, dengan kesalahan peribadi di dalam perjuangan. Apabila peribadi yang salah, kita tidak boleh meninggalkan perjuangan. Tapi apabila dasar perjuangan yang salah, tidak mengapa kita meninggalkan perjuangan itu.

8.Perjuangan itu macam orang buka ladang, orang yang boleh meneruskan pembukaan ladang itu di awal hingga akhir waktu menebang, membakar, membajak, menanam terlalu kurang berlakunya perselisihan dan krisis, kerana tidak ada apa yang hendak direbutkan, perselisihan dan krisis banyak berlaku selepas ladang mengeluarkan hasil, menimbul rebutan, pecahlah perpaduan, begitulah perjuangan selepas mendapat kejayaan atau kemerdekaan. Timbullah krisis yang membawa perpecahan yang hebat, justeru merebut hasil kemenangan

9.Apalah erti kemenangan kalau tidak membawa kebenaran ? ! Tidak mengapa menerima kekalahan selagi kita di dalam kebenaran. Allah bukan menilai kemenangan tapi menilai kebenaran. Oleh itu berjuanglah di atas kebenaran, sekalipun kalah.

10.Pertahankanlah kebenaran sekalipun kalah, hindarkanlah kebatilan sekalipun mendapat kemenangan.

11.Pemimpin politik selalunya hanya dapat menawan fizikal manusia. Pemimpin kerohanian biasanya dapat menawan hati manusia. Selalu sahaja berlaku pertembungan di dalam satu masa, bila pemimpin politik itu kalah, dia selalu sahaja menggunakan kuasa. Dia kalah di dalam kemenangan

12.Kemampuan kuasa tidak boleh menawan hati. Tapi kemampuan hati boleh menawan hati dan kuasa tanpa kuasa.

13.Allah tidak akan persoalkan kelak menang dan kalah, tapi yang Allah akan persoalkan ialah benar dan salah, begitu jugalah Allah tidak akan tanya tentang berjaya dan gagal tapi yang Allah akan tanya adalah bekerja dan berusaha mengikut syariat atau sebaliknya melanggar syariat.

14.Di dalam berjuang hendaklah kita lebih takut dengan dosa kita lebih daripada musuh, kerana dengan dosa itu Allah murka, apabila Allah murka kita dibiarkan oleh Allah kepada musuh, di waktu itu kita berhadapan dengan dua kerugian pertama kemurkaan Allah, kedua kekalahan dan kehinaan.

15. Apabila kebenaran itu dibawa oleh orang yang sudah hilang wibawa (hilang taqwa), kebenaran itu tidak akan diikuti orang, kebenaran itu tidak bernilai.

16. Yang mengelirukan orang awam di akhir zaman ini ialah hampir semua golongan menyebut Islam, orang fasik menyampaikan Islam, orang munafik menyampaikan Islam, yang jahil dengan Islam pun menyampaikan Islam, yang dasar perjuangannya tidak mengikut Islam pun memperkatakan Islam, orang kafir pun memperkatakan tentang Islam.


DARI : http://hembusan-amal.blogspot.com/